
Pengertian PDCA
PDCA adalah desain berulang dan metode manajemen yang digunakan dalam bisnis untuk kontrol dan peningkatan berkelanjutan dari proses dan produk.
PDCA merupakan suatu proses pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas.
Metode ini dipopulerkan oleh pelopor kontrol kualitas Dr. W. Edwards Deming pada 1950-an yang menciptakan istilah “Shewhart” Cycle setelah mentornya.
Deming-lah yang menyadari bahwa Siklus PDCA dapat digunakan untuk meningkatkan proses produksi di Amerika Serikat selama Perang Dunia II.
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari “Plan, Do, Check, Act” (Indonesia:Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti).
Plan (Rencanakan)
Meletakkan sasaran dan proses yang dibutuhkan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan spesifikasi.
Do (Kerjakan)
Implementasi proses. Tahap ini dapat dipecah menjadi tiga sub-segmen, termasuk pelatihan semua personel yang terlibat dalam proyek, proses aktual dalam melakukan pekerjaan, dan merekam wawasan, atau data, untuk evaluasi di masa mendatang.
Check (Cek)
Memantau dan mengevaluasi proses dan hasil terhadap sasaran dan spesifikasi dan melaporkan hasilnya.
Tinjauan komprehensif yang dilakukan dari hasil laporan sehingga penyesuaian di masa depan dapat dilakukan.
Act (Tindak lanjut)
Menindaklanjuti hasil untuk membuat perbaikan yang diperlukan.
Menindaklanjuti berarti juga meninjau seluruh langkah dan memodifikasi proses untuk memperbaikinya sebelum implementasi berikutnya
Manfaat PDCA
Perusahaan yang ingin meningkatkan proses internal dan eksternal mereka sering menggunakan metodologi PDCA untuk meminimalkan kesalahan dan memaksimalkan hasil.
Setelah didirikan, perusahaan dapat mengulangi Siklus PDCA dan menjadikannya sebagai prosedur operasi standar.
Manfaat PDCA antara lain:
- Untuk memudahkan pemetaan wewenang dan tanggung jawab dari sebuah unit organisasi;
- Sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem di sebuah organisasi;
- Untuk menyelesaikan serta mengendalikan suatu permasalahan dengan pola yang runtun dan sistematis;
- Untuk kegiatan continuous improvement dalam rangka memperpendek alur kerja; dan
- Menghapuskan pemborosan di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas.
Tahap akhir dari metodologi, “Act,” mengambil tindakan korektif dan membuat metodologi ideal untuk upaya perbaikan berkelanjutan.